Minggu, 30 Desember 2012

TINGKATAN PUASA MENURUT IMAM AL GHAZALI




Semarak ramadhan menggema di seluruh penjuru dunia. Marhaban ya ramadhan kata ulama’-ulama’ salaf terdahulu. Dengan demikian, sudah barang tentu semua umat islam akan berbondong-bondong datang ke masjid guna melaksanakan ritual keagamaan dalam bulan ramadhan yakni shalat terawih secara berjamaah di masjid dan surau-surau terdekat. Beragam kegiatanpun diagendakan untuk memeriahkan bulan ramadhan kali ini. Mulai dari kegiatan tadarus sehabis terawih hingga pekan raya ramadhan yang menyajikan tajilan beraneka rasa yang khas dan hanya ada di bulan ramadhan sebagai makanan pembuka untuk membatalkan puasa jika waktunya telah tiba. Namun demikian, kurang afdhal jika dalam bulan ramadhan yang kita bicarakan hanya tentang makanan-makanan yang lezat dan gurih di atas.
Puasa Ramadhan merupakan salah satu pondasi dalam islam sehingga berpuasa diwajibkan bagi seluruh umat islam yang beriman sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat al baqarah 183. Puasa juga merupakan rukun islam yang ketiga yang juga diperintahkan oleh Allah kepada kepada umat-umat terdahulu. Puasa adalah amalan yang langsung ditujukan kepada Allah sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam hadist qudsi, yang artinya kurang lebih “puasa adalah untukku (kata Allah) dan akulah yang akan langsung membalasnya”. Sungguh demikian amaliyah ini sangatlah bermanfaat bagi yang menjalankannya dengan ikhlas.
Selain merupakan ibadah yang berdimensi vertikal (ke tuhan langsung), puasa juga merupakan ibadah yang memiliki dimensi horisontal (ke sesama manusia/sosial). Dimensi horisontal ini sangat jelas terlihat dari semakin sibuknya manusia untuk mempersiapkan tajilan yang akan dibagi-bagikan ke fakir-miskin, tetangga dan handai taulan. Sungguh indah ketika kebersamaan dijalin dengan tanpa memandang status sosial seseorang. Dan ini sering dilihat saat-saat bulan ramadhan.
Puasa dalam pandangan imam al ghazali, sebagaimana disebutkan dalam kitab ihya’ ulumuddin dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
Pertama, Shaumul awam, yakni puasa yang hanya menahan lapar dan dahaga dari fajar hingga tenggelamnya matahari dan tibanya waktu maghrib. Pada tingkatan inilah kebanyakan dari kita melaksanakannya.
Kedua, shaumul khowas, yaitu puasa yang menahan lapar dan dahaga dan juga mempuasakan seluruh panca inderanya dari segala sesuatu yang bisa membatalkan puasa ataupun mengurangi pahala puasa itu sendiri.
Ketiga, shaumul khowasul khowas, adalah puasa yang menahan lapar dan dahaga dan mempuasakan panca inderanya serta menjauhi segalasesuatu yang bersifat keduniawian. Inilah tingkatan puasa tertinggi dalam pandangan al ghazali yang hanya bisa diraih oleh orang-orang tertentu dan pilihan.
Puasa sendiri memiliki manfaat bagi setiap orang yang menjalankannya. Dalam sebuah hadist disebutkan “berpuasalah kalian maka kalian akan sehat”. Hadist ini setelah dilakukan penelitian secara ilmiah memag benar adanya. Karena dengan berpuasa, sistem pencernaan yang selama sebelas bulan tiada henti beraktivitas mengolah seluruh makanan yang ada di dalam tubuh ini, maka  ketika ramadhan tiba mengalami istirahat,sehingga akan lebih baik bagi pencernaan tubuh. Dan belum pernah terjadi ada orang yang meninggal dunia karena disebabkan berpuasa.
Pertanyaannya kemudian, termasuk didalam kategori yang manakah kita dalam menjalankan ibadah puasa???


Tidak ada komentar:

Posting Komentar